Friday, September 28, 2007

CANDI GEBANG TETAP MEGAH DI TENGAH STADION DAN PERUMAHAN

CANDI GEBANG TETAP MEGAH DI TENGAH STADION DAN PERUMAHAN

Oleh : Ida Bagus Rian Mahardhika

Ketika kita menginjakkan kaki kita di bumi Yogyakarta maka satu hal yang langsung kita ingin kunjungi, terutama arsitektur besar peninggalan Hindu tak lain dan tak bukan adalah Maha Karya Agung Candi Prambanan. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap darmawisata ke Yogyakarta untuk mengunjungi Candi Prambanan, serasa hanya itu yang tersisa dari peradaban Hindu dulu. Sungguh disayangkan, ternyata hanya sebagian kecil dari kita, khusunya umat Hindu yang tahu akan keberadaan Candi Gebang, yang ternyata adalah Candi Tertua Hindu di Jawa Tengah.

Mungkin terasa aneh di telinga kita mendengar “Candi Gebang”, namun berdasarkan data yang ada pada Dinas Purbakala Yogyakarta diperkirakan, candi ini berdiri antara tahun 730 hingga 800 M, satu abad lebih awal ketimbang Candi Prambanan yang diprediksi berdiri antara tahun 850 hingga 910 M. Letaknya pun tidak terlalu jauh sekitar 11 kilometer di utara Kota Yogyakarta, tepatnya berada di Utara Kampus UPN Veteran Yogyakarta, yakni berlokasi di Dusun Gebang, Kelurahan Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman.

Akses masuknya pun tidak sulit, karena beberapa penunjuk arah yang sudah cukup usang masih berdiri tegak mengarahkan pengunjung ke tempat keberadaan candi, selain itu, ternyata penduduk sekitar tahu betul dimana keberadaan Candi Gebang, sehingga tak sulit mencari tempat untuk bertanya. Namun hal yang cukup mengagetkan adalah, ketika kita tiba pada petunjuk akhir arah Candi, kokohnya komplek perumahan menyambut kedatangan para pengunjung, sampai-sampai kekawatiran pun timbul dalam benak dan seraya bertanya dalam hati “apakah benar ini pintu masuk candi?”.

Ternyata petualangan tidak berhenti sampai disitu, jalan setapak yang beradada di samping perumahan yang hanya cukup dilalui oleh motor atau mobil kecil siap menghantar kita, agak menanjak dan menikung memang. Setelahnya kita melalui perkampungan warga dan hamparan sawah yang terbentang luas sampai dengan mulut pintu areal Candi. Tak tampak satu pengunjung pun pada saat itu, padahal hari itu adalah hari libur, hanya pohon-pohon besar dan nyayian burung yang menyambut kedatangan pada saat itu.

Areal candi yang tertata rapi serta papan nama candi yang tampak masih baru dan kokoh mengawali perjalanan mata kita. Selain itu tampak pos penjaga yang kebetulan pada saat itu hanya dihuni oleh satu orang penjaga saja. Dipenampakan lain terlihat kokoh bangunan stadion Sleman yang terlihat jelas berdiri kokoh memebelakangi candi yang ditemukan pada nopember 1936 silam. Letak candinya sendiri agak menjorok ke bawah, dimana kita harus melalui beberapa anak tangga untuk turun kebawah menuju candi tersebut. Hamparan rumputpun terbentang tersusun rapi mengelilingi candi yang dibangun pada dinasti Sanjaya yang berkuasa di Jawa Selatan sekitar tahun 732.

Melihat lebih dalam, maka akan terlihat ciri-ciri fisik candi yang syarat akan peradapan Hindu. Hal ini dapat diketahui dari bentuk candi yang cenderung tinggi dan ramping berbentuk bujur sangkar seluas 27,6 meter persegi dengan tinggi 7,75 meter. Tak seperti candi-candi Hindu lainnya, dindingnya polos tanpa relief (hiasan ukir-ukiran) serta didukung dengan adanya lingga, Yoni dan Arca Ganesa, disamping itu bisa dilihat dari bentuk kaki candi yang mempunyai proporsi tinggi yang menunjukan Candi tersebut berasal dari periode yang cukup tua (730 hingga 800 M).

Adapun candi ini tidak mempunyai tangga masuk atau kemungkinan tangga masuknya terbuat dari kayu atau bahan lain yang mudah rusak sehingga samapai sekarang tidak ditemukan kembali. Hal tersebut merupakan suatu keistimewaan candi ini dan keistimewaan lainnya adalah titik pusat candi bertepatan dengan titik pusat halaman candi.. Di dalam tubuh candi terdapat satu bilik dengan arah hadap ke timur yang didalamnya terdapat Yoni. Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung dengan Arca Nandiswara, sedangkan relung yang berisi Mahakala arcanya tidak ada. Relung di sisi utara dan selatan dalam keadaan kosong. Di sebelah barat terdapat relung yang diisi dengan Arca Ganesha yang duduk di atas sebuah Yoni dengan cerat yang menghadap ke utara. Sedangkan pada bagian puncak terdapat Lingga yang berada di atas bantalan seroja. Bentuk Lingga hanya bagian atas, yaitu berupa bentuk silinder. Di dalam atap juga terdapat sebuah ruangan kecil yang berbentuk rongga di atas bilik candi sebenarnya. Di halaman ditemukan Lingga semu (patok) yang berada di keempat sudutnya.

Dahulu candi ini merupakan tempat yang tenang, sejuk dan nyaman karena berfungsi sebagai padepokan untuk para pertapa. Dan sampai saat ini pun rindangnya pohon akasia dan sukun, ditambah dengan pemandangan hamparan sawah di luar areal candi mempertahankan kesejukan dan keasrian suasana setempat. Selian itu pengunjung pun turut dimanjakan dengan kursi-kursi beralaskan semen yang tersedia di setiap pojok areal candi serta beratapkan pohon besar yang kaya akan oksigen tentunya. Memang menjadi tempat yang cukup pas sebagi tujuan wisata rohani anda.

Namun demikian hal tersebut tidak diimbangi dengan antusias dari para wisatawan, walau sudah ditetapkan menjadi salah satu obyek wisata, hal ini tidak berbanding lurus dengan jumlah wisatawan yang datang. Kenyataan ini bisa dimaklumi melihat minimnya sosialisasi serta perbaikan fasilitas pendukung seperti MCK, warung ataupun tempat penjuaalan cendramata dll. yang memungkinkan bisa menarik minat pengunjung.

Tak jarang juga sering didapati di areal candi tersebut sering terjadi peralihan fungsi candi sebagai taman bermain atau sekedar tempat bermesraan bagi para penduduk sekitar. Namun apupun kegiatan yang dialakukan, seharusnya kita mesti sadar akan fungsi candi yang sesungguhnya. Untuk itu mari bersama kita perkenalkan, membuat mereka paham dan akhirnya mau akrab dengan candi. menjadikan candi pada fungsi yang seharusnya.

………Bende Mataram……

………..Yogyakarta…......

No comments: