Friday, September 28, 2007

Yogyakarta, Labuan Kebangkitan Pers Hindu

Yogyakarta, Labuan Kebangkitan Pers Hindu

OLEH : Ida Bagus Rian Mahardhika

Siapa yang belum tahu Yogyakarta, yang konon sering dijuluki sebagai kota pelajar. Banyak orang berbondong-bondong dari segala penjuru tanah air datang ke Kota Gudeg ini, ada yang berencana melanjutkan kuliah, mencari nafkah ataupun sekedar melancong. Diantara sekian banyak orang yang turut memenuhi wilayah Yogyakarta satu diantaranya adalah para kaum muda generasi Hindu yang dengan segenap tekadnya melanjutkan pendidikan di kota yang memiliki semboyan “Jogjaku Bersih” ini. Mereka yang mayoritas bersal dari Bali itupun tersebar luas di berbagi perguruan tinggi baik swasta maupun negeri di wilayah Sri Sultan Hamengkubuwono tersebut.

Cap sebagi mahasiwa yang menempel tidak menjadi halang rintang bagi mereka dalam beraktivitas dan berkarya. Organisasi-organisasi berkiblatkan Hindu pun menjamur mewadahi hasrat mereka dalam bersosialisasi ataupun sekedar mencari teman yang memiliki satu keyakinan yang sama. Tanpa terkecuali Pers Hindu yang turut serta memeriahkan gegap gempita diantara keterdesakan oleh kemayoritasan.

Menjadi pemandangan yang berbeda ketika Purnama ataupun Tilem tiba, maka pura-pura yang berda di sekitar wilayah Yogyakarta sesaat dipenuhi oleh rombongan kaum urban yang ingin melaksanakan aksi spiritualnya. Namun hal yang paling berbeda dan jarang ditemui di tempat lain adalah ketika dari kerumunan dan kepadatan pura tiba-tiba berdiri sosok-sosok muda yang dengan penuh kesabaran dan senyum lebar memberikan selembaran-selembaran kertas yang lebih akrab disebut dengan Newsletter.

Ya, kebanyakan mereka menyebutnya dengan Newsletter atau media lembar, dimana mereka hadir dalam merk-merk yang berlainan satu dengan yang lainnya, sebut saja dengan Newsletter Sanatana Dharma, Jayapangus, Tunjung Putih, Sai Santhi dan Suara Anandam yang secara silih berganti memeriahkan malam Purnama dan Tilem para kaum urban tersebut. Namun apakah yang menarik dari Newsletter tersebut, pada dasarnya Newsletters tersebut berisikan berita-berita yang terkait dengan Hindu. Namun masing-masing Pers memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing

Sebut saja JayaPangus yang kuat dengan tampilan pop komik dan gaya penulisan anak mudanya yang tersaji secara ringan atau Sanatana Dharma yang lebih menonjolkan isi dari segi fundamental Hindu secara utuh. Jelasnya mereka (baca: newsletter) tersebut saling menutupi kekurangan satu dengan yang lainnya.

Mereka hadir dengan tujuan mulia, dengan ‘kocek’ sendiri mereka berusaha untuk berkreasi dan berkarya demi kemajuan umat. Label mahasiswa pun tak hanya menjadi pelengkap gelar mereka, karena mereka sebagi agen-agen perubahan zaman telah membuktikan diri bahwa mereka memang layak disebut mahasiswa, suatu fase tertinggi yang tak semua orang mampu mencapainya.

Dari media lembar inilah mereka berkiprah, tak hanya sekedar memenuhi ataupun menjadi sampah pura pada Purnama dan Tilem, tetapi mereka hadir menemani dan menyuguhkan air spiritual yang menjadi obat dahaga di saat masa krisis moral saat ini.

Melalui laporan khusus ini kita akan melihat sepak terjang aktor–aktor di balik layar para media lembar tersebut, mengenali mereka secara mendalam serta belajar berbagi hal dari mereka-mereka yang berjuang di jalan dharma tersebut. Sampai kapankah mereka akan bertahan dan terus berjuang membangkitkan semangat umat dan apakah yang sekiranya membuat mereka bertahan? Apakah Yogyakarta akan tetap menjadi Labuan dari bangkitnya Pers Hindu di Indonesia? Mari kita tunggu aksi mereka selanjutnya.

2 comments:

Anonymous said...

Setelah liat blog ini saya jadi ragu mengenai Islam!

Klik link --> Wanita dimata Muhammad..Atau klik --> BLOG MANTAN MUSLIM INDONESIA

http://kebangkitan-hindu.blogspot.com said...

Dengan lebih memahami HINDU bukan hanya pers tapi semua Hindu...

Salut buat anda...

http://kebangkitan-hindu.blogspot.com