SORE POJOK ANGKRINGAN
Oleh ida bagus rian mahardhika
Ketika itu,,,,,,
Tertapak kedua kakiku di atas sebuah trotoar jalan
Memandang hiruk pikuk sore di sebuah
Kemudian,,,,,
Berjalan dan terus kulangkahkan tapak kakiku di atas aspal trotoar
Menuju suatu tempat yang menjadi pesona atas indahnya kotaku
Tak lama,,,,,
Terlihat sebuah grobak dekil yang menyajikan berbagai sajian khas jajanan pasar
Terpaku dan terduduklah aku disitu menikmati khasanah sosial ala tradisional
Lalu,,,,
Tersorot sebuah sosok yang cukup sabar menanti para pelanggan
Dengan senyum kepolosan dan kerendahhatian di sambutlah setiap orang yang datang
Kemudian,,,,
Kupalingkan pandanganku sejenak kepada dua sosok tua yang asik berbincang
Dengan tawa lepas kedua jompo berbagi cerita atas jago-jago bolanya
Selanjutnya
Kembali kupalingkan perhatianku kepada segerombol mahasiswa yang ribut membicarakan kebobrokan dosennya
Huh,,,, mahasiswa yang aneh,,,, pikirku seketika
Sesaat kemudian ,,,
Sepasang muda menyita dua bola mataku tuk mengamati kemesraan yang tersaji di atas kursi reot beralaskan bambu
Dan,,,
Akupun hanya bisa tersenyum, mencoba memaknai atas apa yang terjadi
Ku hanya tertunduk diam, sambil menggeleng-gelengkan kepala mencoba larut dalam keadaan
Sesaat itu,,,,,,
Dalam renunganku aku berpikir betapa penting dan berartinya gerobak dekil ini
Dan akupun terus berpikir, betapa semuanya bisa berawal dan berakhir disini
Sangat konyol memang, tapi itulah realita sosial kita
Sampai pada akhirnya,,,,,,
Segelas lemon tea dingin tersundut lemas di atas lengan besarku
Membuyarkan seluruh renunganku yang mendalam di
SORE POJOK ANGKRINGAN
No comments:
Post a Comment