Sunday, June 10, 2007

Waktuku yang Terbuang

Waktuku yang Terbuang
Apakah sesungguhnya kematian, selain telanjang di tengah angin, serta luluh dalam sinarnya? Dan apakah arti nafas yang berhenti, selain membebaskanya dari pasang surut dan surutnya ombak yang gelisah, sehingga bangkit mengembang lepas, tanpa rintangan menuju Illahi (Kahlil Gibran)
Oleh: Ida Bagus Rian Mahardhika

Sadar atau tidak kita selalu berpacu dalam waktu. Setiap aktivitas yang kita lakukan terbatasi oleh adanya ruang dan waktu. Waktu selalu menjadi suatu hal yang penting dalam hidup, tetapi sering dilupakan bahkan diabaikan. Beberapa waktu yang lalu penulis berdiskusi dengan para sahabatnya, kebetulan pada kesempatan tersebut tema yang dibahas mengenai “ waktu”. Hal tersebut tercetus ketika salah satu teman bertanya, “kira-kira berapa ya rata-rata umur manusia di dunia”?. Salah seorang teman yang lain menjawab, “ya menurut penelitian yang pernah saya baca, waktu rata-rata manusia meninggal dunia antara usia 60 -70 tahun” tandasnya. Dari situ dikusi kami mulai mengalir dengan berbagai pertanyaan yang timbul di benak masing-masing orang. Sebuah tema yang sangat simple memang tetapi sesungguhnya cukup penting untuk di bahas.
Anggap saja manusia meninggal pada umur 65 tahun,(hanya sekedar asumsi melihat data statistic yang ada). Lalu seorang teman berasumsi, “Untuk mencapai akil baligh seorang laki-laki diperkirakan ketika mencapai umur 15 tahun, sedangkan untuk perempuan sekitar 12 tahun”, tandasnya dengan penuh keyakinan. Teman yang satu lagi mencoba menganalisa, “kalau begitu usia yang tersisa untuk kita beribadah kepa-Nya hanya sekitar 50 tahun saja (Mati-Baligh = sisa usia, 65-15 = 50)”. “lalu 50 tahun yang akan dan sedang berjalan ini kita gunakan untuk apa saja ya?”, Tanya resah salah seorang sahabat lainya. Lalu salah satu teman mencoba mengnalisa dengan hitung-hitungan sederhana seperti ini : 12 jam siang hari , 12 jam malam hari berarti ada 24 jam satu harisatu malam

Setiap hari kita tidur kurang lebih sekitar 8 jam, dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai tidur menjadi 146.000 jam(1825 hari x 8 jam) kalu kita ubah menjadi satuan tahun menjadi 16 tahun, 7 bulan, kalau dibulatkan menjadi 17 tahun. Sungguh angka yang funtastis memang, diamana tanpa kita sadari 17 tahun dalam hidup kita hanya digunakan untuk tidur. Sayang sungguh sayang memang, padahal pada akhirnya kita akan tertidur selamanya di dunia.
Lalu perhitungan lainnya adalah waktu aktivitas kita di siang hari yang memakan waktu kurang lebih 12 jam. Dalam 50 tahun waktu yang digunakan untuk beraktivitas kurang lebih sekitar 219.000 jam (1825 hari x 12 jam), jika kita ubah menjadi satuan tahun menjadi 25 tahun. Kalau ditelusuri aktivitas di siang hari manusia ada yang bekerja, kuliah, makan, gossip, rapat, fitness, ke salon, membaca bahkan ada yang sedang bercinta. Suatu realitas kehidupan kehidupan dengan serntetan aktivitas yang tiada henti dan tak bisa disamaratakan satu dengan yang lainya.

Perhitungan lainya lagi terkait dengan aktivitas santai atau relaksasi yang sering kita lakukan seperti membaca buku sambil mendengar musik, ada yang merenung mencari arti sebuah kehidupan, atau mungkin menggunakan waktu santai untuk menulis (seperti yang saya lakukan ini). Anggap dalam sehari kita punya waktu santai sekitar 4 jam, dalam 5 tahun waktu yang kita gunakan untuk merileksasikan diri sekitar 7300 tahun (1825 hari x 4 jam), jika kita konversikan menjadi 8 tahun.

Dari semua perhitungan diatas mari kita akumulasikan, 17 tahun waktu untuk tidur ditambah 25 tahun waktu untuk aktivitas siang hari ditambah 8 tahun relaksasi menjadi 50 tahun, belum lagi korupsi waktu lainya yang nonbudgeting.

”LALU, KAPAN IBADAHNYA DONK?”, cetus salah seorang sahabat dengan lantang. Pertanyaan yang cukup menampar dan menusuk kedalam sanubari yang paling dalam. Seakan kita lupa akan kewajiban kita sebagai umat manusia, terjebak pada keduniawiaan dunia fana. Padahal manusia diciptakan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, karena satu hal yang pasti cepat atau lambat kita akan kembali ke alam hakii Ilahi. Siapa yang tahu datangnya maut, datang seketika, menjemput tanpa pernah bersahut. Malaikat datang menuntut untuk merenggut. Manusia hanya berencana, tetapi Tuhan yang punya kuasa atas hadirnya Surga dan Neraka.

Mencari ilmu memang ibadah bagi umat manusia, semua akan setuju akan pernyataan ini, tetapi hal tersebut berlaku bagi mereka yang niatnya memang untuk beribadah, tanpa memanipulasi nilai-nilai keilmuan menjadi nilai pembodohan terhadap yang tak berilmu. Namun kenyataan yang terjadi apa?, tanyalah pada jiwa-jiwa kalian sendiri apa tujuanmu kuliah?, dan saya bisa pastikan sebagian dari kalian akan menjawab, “wong kita mah kuliah mau nyari ijazah, bakal nanti bekerja agar mudah mencari nafkah?” .

Memang benar, bekerja mencari nafkah itu ibadah, tapi bekerja yang bagaimana? Apakah akan menjadi berkah ketika kita bekerja menumbalkan orang lain demi kepentingan perut kita semata, atau mungkin kita bekeja banting tulang, bahkan banting orang, dimana semua itu dengan satu tujuan mencari uang agar dapat membeli kekuasaan.

Jarang kita merasa senang ketika melihat orang lain bahagia dan sangat jarang kita bersedih melihat orang lain susah, bahkan kecendrungan yang terjadi malah sebaliknya,”senang melihat teman susah,susah melihat tema senang” , jika disingkat menjadi SMS². Adakah kita pernah mengucapkan salam ketika memasuki atau meninggalakan rumah/tempat lainnya. “iya, saya jarang melihat teman saya yang membaca bismillah saat hendak berangkat kuliah”. Tandas salah seorang teman. “tetapi saya pernah kok”, tandas teman yang lain. PERNAH, hanya sekedar pernahkah. Mungkin pernah terpatri dalam sanubari kita untuk mencari nafkah secara mulia, tetapi tak jarang semuanya harus pudar tertutup oleh asap dan kabut gemerlap dunia fana.

Salah satu teman penulis mencoba menjelaskan perhitungan waktu ibadah yang selama ini ia lakukan. Dirinya berasumsi pada sholat 5 waktu, Karena sebagian besar orang berpikir; sholat begitu besar pahalanya, sholat amalan yang dihisab paling pertama, sholat jalan untuk membuka pintu syurga?, “Kenapa kita harus cukup kalau ibadah kita hanyalah sholat kita”. Tandasnya.

coba kita asumsikan waktu sholat rata-rata 10 menit untuk setip kali sholat. Dalam 1 hari kita menghabiskan waktu sholat sebanyak 1 jam dengan penambahan diluar waktu sholat 5 waktu. Dengan begitu dalam waktu 50 tahun waktu yang terpakai sholat kurang lebih sekitar 18.250 jam(18250 hari x I jam) setelah dikonversikan sekitar 2 tahun. ini dengan asumsi semua sholat kita diterima oleh Allah swt.
”lalu dari semua pemaparan diatas apa yang bisa kita simpilkan?”, Tanya seorang sahabat. Sungguh ironis memang dari50 tahun waktu yang kita manfaatkan di dunia ini, hanya 2 tahun yang digunakan untuk beribadah. 2 tahun dari 50 tahun kesempatan yang telah diberikan, dengan catatan setiap ibadah yang dilaksanakan mendapat pahala. sekiranya sholat kita selama 2 tahun berpahala rasa-rasanya tidak
sebanding dengan perbuatan dosa-dosa kita selama 50 tahun; “dalam ucap
kata kita yang selalu dusta, baik yang terasa maupun yang di sengaja,
dalam ucap kata kita yang selalu cerca terhadap orangtua, dalam harta
kaya kita yang selalu kikir terhadap orang faqir, dalam setiap laku
langkah kita yang selalu bergelimang dosa”. Salah seorang sahabat mengucap.

dari semua itu, tiada satu yang tidak mungkin ketika seluruh umat memenuhi isi neraka untuk mendapatkan balasan atas kelalaian penggunaan waktu di tanah bumi ini. Sudah terlalu banyak waktu yang terbuang dengan percuma selama manusia hidup di dunia
dan semuanya itu akan menjadi bencana ketika manusia lupa akan hakekat waktu yang ia miliki.
Wahai kawan, tiada kata terlambat untuk memulai, mengisi waktumu dengan segala hal yang brmanfaat, tidak hanya bermanfaat untuk dirimu sendiri tetapi bagi seluruh mahluk hidup diseluruh antero bumi. Jangan terlalu lama berpikir, bahkan menunda suatu yang baik. Karena waktumu adalah nyawamu, nyawamu adalah ajalmu, kau tidak sedang bermain dengan waktu, tetapi waktu yang sedang memburumu(IBRM: 2005). Mencapai suatu kesadaran adalah anugrah terindah yang diri-Nya berikan pada umat manusia. Kesadran akan hadir-Nya. Kesadran untuk berserah diri pada diri-Nya. Bersyukurlah atas hidupmu kawan, karena dengan bersyukur segala kebaikan akan datang dari segala arah(IBRM:2005).

waktumu adalah nyawamu, nyawamu adalah ajalmu, kau tidak sedang bermain dengan waktu, tetapi waktu yang sedang memburumu(ibrm: 2005).
Bersyukurlah atas hidupmu kawan, karena dengan bersyukur segala kebaikan akan datang dari segala arah(IBRM:2005).

No comments: